Kenapa banyak hp Android tidak mendukung kalibrasi sensor otomatis?
Banyak ponsel Android tidak mendukung kalibrasi sensor otomatis karena keterbatasan perangkat keras dan biaya produksi. Produsen sering kali mengutamakan fitur lain yang lebih diminati pengguna, seperti peningkatan kamera dan daya tahan baterai, dibandingkan peningkatan sensor. Hal ini juga disebabkan oleh kerumitan implementasi perangkat lunak yang diperlukan untuk mendukung kalibrasi otomatis pada berbagai jenis sensor yang digunakan di ponsel.
Keterbatasan perangkat keras
Keterbatasan perangkat keras menjadi alasan utama mengapa banyak hp Android, seperti Samsung Galaxy A02 atau Xiaomi Redmi 9A, tidak mendukung kalibrasi sensor otomatis. Banyak produsen menggunakan komponen sensor yang murah dan kurang canggih, sehingga akurasi pengukuran menjadi terhambat. Misalnya, sensor giroskop di perangkat entry-level mungkin tidak seakurat atau secepat sensor di model flagship seperti Google Pixel 7.
Kurangnya RAM (misalnya hanya 2GB pada Oppo A12) dan prosesor yang lambat (seperti MediaTek Helio P35) juga dapat membatasi kemampuan untuk menjalankan algoritma kalibrasi yang kompleks. Selain itu, beberapa model tidak dilengkapi dengan firmware yang memungkinkan pembaruan atau perbaikan pada sensor yang ada, contohnya adalah beberapa varian dari Nokia 2.3 yang masih menjalankan versi Android yang lebih tua tanpa dukungan untuk pembaruan perangkat lunak terbaru.
Rekomendasi lain: Kenapa sensor sidik jari di hp Android sering gagal?
Kebijakan pabrikan
Banyak pabrikan smartphone Android, seperti Samsung atau Xiaomi, menerapkan kebijakan yang membatasi akses pengguna terhadap kalibrasi sensor otomatis. Hal ini sering kali berkaitan dengan penghematan biaya produksi, misalnya dengan menggunakan komponen yang lebih murah. Pabrikan seperti Oppo dan Realme lebih memilih untuk menggunakan sensor dengan spesifikasi lebih rendah, seperti sensor gyro 2-axis alih-alih 3-axis, untuk menekan harga.
Akibatnya, pengguna tidak mendapatkan fitur kalibrasi yang optimal pada perangkat mereka, yang dapat berimplikasi pada pengalaman pengguna saat memainkan game yang memanfaatkan sensor atau saat menavigasi. Misalnya, pengguna pada model Xiaomi Redmi Note 10 mungkin menemukan bahwa fungsi auto-rotate berjalan kurang responsif dibandingkan dengan smartphone premium seperti Samsung Galaxy S23.
Cek ini: Kenapa sensor cahaya pada hp Android sering tidak responsif?
Fragmentasi sistem operasi
Fragmentasi sistem operasi Android menjadi masalah utama dalam dukungan kalibrasi sensor otomatis. Berbagai produsen seperti Samsung, Huawei, dan Xiaomi menggunakan variasi OS yang berbeda (misalnya, Samsung One UI yang berbasis Android 12, dan MIUI di Xiaomi yang kadang-kadang masih berbasis Android 10), dengan modifikasi yang mengakibatkan ketidakcocokan fitur.
Banyak ponsel dengan spesifikasi tinggi, seperti Google Pixel 5 dan OnePlus 9, masih beroperasi pada versi Android lama (seperti Android 11), yang tidak mendukung implementasi algoritma kalibrasi terbaru. Akibatnya, pengembang aplikasi kesulitan mengoptimalkan kinerja sensor di semua perangkat, yang mengurangi efisiensi penggunaan fitur-fitur seperti pemindaian wajah, sensor cahaya, dan akselerometer.
Baca juga: Kenapa sensor sidik jari hp Android sulit mendeteksi?
Kurangnya dukungan perangkat lunak
Banyak hp Android, seperti Samsung Galaxy A dan Xiaomi Redmi Note, tidak mendukung kalibrasi sensor otomatis karena kurangnya dukungan perangkat lunak dari produsen. Banyak pabrikan tidak memberikan update firmware yang diperlukan untuk memanfaatkan algoritma kalibrasi terbaru, misalnya versi MIUI terbaru untuk perangkat Xiaomi yang seringkali tidak menyertakan perbaikan software untuk sensor.
Vendor sering kali mengabaikan optimasi perangkat lunak guna mengurangi biaya produksi. Akibatnya, pengguna tidak mendapatkan pengalaman maksimal dari sensor yang ada, seperti akselerometer dan giroskop yang terdapat pada perangkat seperti OnePlus Nord dan Google Pixel. Sensitivitas dan akurasi dari sensor ini dapat terpengaruh, mengakibatkan kesalahan dalam penggunaan aplikasi yang memanfaatkan sensor tersebut, seperti aplikasi pemetaan dan permainan berbasis lokasi.
Serupa: Kenapa sensor proximity di hp Android kadang bermasalah?
Konsumsi daya baterai
Banyak hp Android, seperti Samsung Galaxy A-series, tidak mendukung kalibrasi sensor otomatis karena fungsi ini memerlukan pengolahan data yang intensif. Proses kalibrasi, misalnya pada sensor giroskop dan akselerometer, dapat memicu penggunaan CPU dan GPU secara bersamaan, sehingga meningkatkan konsumsi daya baterai. Pembuat perangkat, seperti Xiaomi dengan seri Mi, sering kali memilih untuk mengoptimalkan daya tahan baterai daripada menambahkan fitur tersebut.
Selain itu, adanya trade-off antara performa dan efisiensi energi membuat kalibrasi sensor otomatis, yang ditemukan di model premium seperti Google Pixel, kurang diprioritaskan. Perangkat kelas atas lebih sering mengandalkan algoritma pembelajaran mesin untuk mengoptimalkan pengalaman pengguna tanpa memerlukan kalibrasi sensor secara otomatis.
Tulisan lain: Kenapa hp Android selalu memerlukan kalibrasi sensor baru?
Biaya produksi
Biaya produksi menjadi faktor utama mengapa banyak hp Android, seperti Xiaomi Redmi 10 atau Realme C21, tidak dilengkapi dengan fitur kalibrasi sensor otomatis. Pabrikan seringkali memilih komponen yang lebih murah, misalnya sensor akselerometer sederhana yang tidak memerlukan kalibrasi, untuk menekan pengeluaran dan meningkatkan margin keuntungan.
Sensor yang memerlukan kalibrasi otomatis, seperti yang ditemukan pada model-model premium seperti Samsung Galaxy S21 atau Google Pixel 6, biasanya lebih mahal dan kompleks dalam desainnya. Akibatnya, produsen lebih memilih untuk mengorbankan fitur tersebut demi mempertahankan harga jual yang kompetitif di pasar, sehingga banyak consumer entry-level yang harus puas dengan pengalaman pengguna yang lebih dasar.
Cek ini: Kenapa sensor giroskop di hp Android sering error?
Kompleksitas teknis
Banyak hp Android, seperti Samsung Galaxy A52 atau Xiaomi Redmi Note 10, tidak mendukung kalibrasi sensor otomatis karena keterbatasan hardware yang beragam di berbagai model. Sensor seperti akselerometer dan giroskop, contohnya pada perangkat Google Pixel 6, memerlukan algoritma khusus untuk kalibrasi, yang tidak selalu diintegrasikan oleh pabrikan.
Selain itu, variasi dalam firmware dan sistem operasi, seperti Android 11 di OnePlus Nord dan Android 12 di Oppo Reno 6, membuat pengembangan fitur ini menjadi rumit dan tidak konsisten. Penggunaan komponen yang berbeda, seperti modul sensor dari Bosch atau STMicroelectronics, memerlukan pendekatan khusus dalam pengolahan data sensor, sering kali diabaikan demi efisiensi biaya dan performa.
Pelajari juga: Kenapa sensor accelerometer hp Android tidak akurat?
Fokus pada fitur lain
Banyak hp Android, seperti Samsung Galaxy S21 dan Xiaomi Mi 11, sering kali mengandalkan algoritma pengolahan gambar berbasis AI untuk meningkatkan kualitas foto tanpa sensor kalibrasi otomatis. Fitur seperti pengenalan wajah (contohnya, fitur Face Unlock pada perangkat Oppo Reno5), mode malam (seperti Night Mode pada Google Pixel 5), dan stabilisasi gambar optik (misalnya, OIS pada iPhone 13) lebih diperhatikan untuk memenuhi kebutuhan pengguna sehari-hari.
Beberapa model juga menawarkan proyeksi warna yang lebih akurat melalui panel AMOLED, seperti pada Samsung Galaxy Note 20, daripada fokus pada penyempurnaan sensor. Selain itu, optimasi perangkat lunak sering ditingkatkan (contohnya, Game Mode pada Asus ROG Phone 5) untuk mendukung multitasking dan performa gaming, mengalihkan perhatian dari kalibrasi sensor.
Pelajari juga: Kenapa sensor suhu pada hp Android jarang tepat?
Permintaan pasar rendah
Banyak produsen handphone Android, seperti Samsung dengan seri Galaxy dan Xiaomi dengan seri Mi, tidak mengintegrasikan fitur kalibrasi sensor otomatis karena permintaan pasar rendah. Konsumen umumnya tidak menyadari pentingnya akurasi sensor, misalnya sensor gyroscope yang berperan penting saat bermain game maupun aplikasi augmented reality, untuk pengalaman pengguna.
Profitabilitas menjadi pertimbangan utama dalam pengembangan fitur baru, contohnya Huawei yang lebih fokus pada fitur kamera canggih daripada kalibrasi sensor. Pengeluaran untuk pengembangan kalibrasi otomatis dianggap tidak sebanding dengan potensi penjualan, sehingga perusahaan lebih memilih untuk berinvestasi dalam teknologi lain yang lebih menarik bagi konsumen, seperti pengisian daya cepat atau layar dengan refresh rate tinggi.
Kami juga menulis: Kenapa sensor gravitasi sehari-hari jarang dibaca oleh hp Android?
Pembaruan firmware terbatas
Banyak hp Android, seperti Samsung Galaxy A Series atau Xiaomi Redmi Note Series, tidak mendukung kalibrasi sensor otomatis karena pembaruan firmware terbatas dari produsen. Beberapa produsen, seperti OnePlus dengan model flagship mereka, hanya memberikan update pada model flagship dan mengabaikan model entry-level seperti OnePlus Nord N100.
Akibatnya, pengguna yang memiliki perangkat entry-level tidak mendapatkan fitur pemeliharaan dan perbaikan dari pembaruan itu. Sensor yang harusnya dapat dioptimalkan, seperti sensor gyroscope atau accelerometer, menjadi tidak maksimal karena kelemahan dukungan software yang diberikan. Ini juga menjadi masalah bagi pengguna yang mengandalkan fitur-fitur tersebut untuk aplikasi yang memerlukan akurasi tinggi, seperti permainan mobile atau aplikasi pemetaan.
Ada juga: Kenapa sensor magnetometer di hp Android sering keliru?
Leave a Reply
Your email address will not be published.