Mengoptimalkan Sensor pada Android Tanpa Dukungan Bawaan

Kenapa rekomendasi penggunaan sensor tidak diikuti oleh hp Android?

Rekomendasi penggunaan sensor pada ponsel Android sering kali diabaikan oleh produsen karena beberapa alasan strategis. Beberapa produsen lebih memprioritaskan biaya produksi yang rendah, mengakibatkan sensor tertentu tidak diaktifkan atau dioptimalkan dengan baik. Selain itu, perbedaan dalam filosofi desain dan kebutuhan pasar yang bervariasi juga menyebabkan implementasi sensor tidak selalu menjadi prioritas utama dalam pengembangan ponsel baru.

Keterbatasan perangkat keras

Beberapa smartphone Android, seperti Xiaomi Redmi 9 atau Samsung Galaxy A02s, memiliki keterbatasan dalam hal spesifikasi perangkat keras. Misalnya, sensor accelerometer atau gyroscope mungkin tidak tersedia di model entry-level tersebut, yang membuat fitur-fitur seperti augmented reality, contohnya aplikasi Google Lens, sulit diimplementasikan.

Selain itu, variasi dalam sistem SoC (System on Chip), seperti Qualcomm Snapdragon 460 yang digunakan pada Vivo Y20 atau MediaTek Helio P22 pada Oppo A31, juga mempengaruhi kemampuan integrasi sensor. Hal ini dapat mengakibatkan kurangnya optimasi untuk aplikasi yang mengandalkan data sensor, pada akhirnya membatasi pengalaman pengguna.

Lainnya: Kenapa sensor sidik jari di hp Android sering gagal?

Inkompatibilitas perangkat lunak

Inkompatibilitas perangkat lunak sering terjadi karena fragmentasi sistem operasi Android yang menjadikan pengembang harus beradaptasi dengan berbagai versi Android, seperti Android 10, Android 11, dan Android 12. Perbedaan arsitektur perangkat keras, misalnya Qualcomm Snapdragon 888 yang digunakan pada Xiaomi Mi 11, juga berperan, menyebabkan beberapa sensor seperti sensor ultrasonik tidak dapat digunakan di semua model.

Beberapa pengembang memilih menggunakan API yang general, mengabaikan optimasi sensor tertentu, seperti kamera 108 MP pada Samsung Galaxy S21 Ultra, untuk efisiensi dan performa. Akibatnya, pengguna seringkali tidak dapat memanfaatkan seluruh potensi sensor yang tersedia pada perangkat mereka, misalnya fitur pengambilan gambar dalam kondisi rendah cahaya yang mungkin tidak berfungsi secara optimal di semua ponsel.

Ada juga: Kenapa sensor cahaya pada hp Android sering tidak responsif?

Batasan biaya produksi

Batasan biaya produksi seringkali memaksa produsen smartphone Android, misalnya Xiaomi, untuk mengorbankan beberapa komponen canggih. Penggunaan sensor premium seperti LiDAR, yang ditemukan pada perangkat seperti Apple iPhone 13 Pro, atau sensor canggih lainnya meningkatkan biaya keseluruhan perangkat. Pada akhirnya, untuk mempertahankan margin keuntungan, produsen memilih sensor yang lebih murah, seperti sensor kamera 12 MP standar, tetapi dengan kinerja yang lebih rendah, seperti yang terlihat pada model-model dasar dari seri Samsung Galaxy A. Keputusan ini juga dipengaruhi oleh permintaan pasar yang lebih fokus pada harga terjangkau dibandingkan fitur canggih, seperti dalam kasus smartphone entry-level dari Oppo yang menawarkan performa cukup baik dengan harga yang lebih bersahabat.

Lihat ini: Kenapa sensor sidik jari hp Android sulit mendeteksi?

Preferensi pasar

Preferensi pasar di sektor handphone Android, seperti Samsung Galaxy A53 dan Xiaomi Redmi Note 11, sangat dipengaruhi oleh harga dan fitur. Banyak konsumen lebih memilih perangkat dengan spesifikasi tinggi seperti RAM 8GB dan kamera 108MP namun harga terjangkau, contohnya Oppo A96 yang menawarkan berbagai fitur menarik dengan harga bersaing.

Seringkali, produsen seperti Realme dan Vivo mengabaikan sensor canggih, seperti sensor LiDAR yang biasa ditemukan pada iPhone, untuk menekan biaya produksi. Akibatnya, perangkat yang ada di pasaran, seperti Huawei P40 Lite, sering kali tidak optimal dalam penggunaan teknologi terbaru, termasuk pengenalan wajah yang kurang akurat atau pemrosesan gambar yang tidak sebaik flagship.

Cek juga: Kenapa sensor proximity di hp Android kadang bermasalah?

Kebijakan produsen

Kebijakan produsen, seperti Samsung atau Xiaomi, sering kali mengutamakan biaya produksi rendah dibandingkan dengan fitur teknologi canggih. Contohnya, pada seri Galaxy A dari Samsung, meskipun menawarkan kamera yang layak, mereka tidak menyajikan teknologi sensor terbaru seperti yang terdapat pada seri Galaxy S21. Ada ketergantungan pada sensor yang lebih umum, seperti kamera 64MP dan pemindai sidik jari optik, yang sudah terstandarisasi dalam segmen pasar kelas menengah.

Produsen juga sering kali berinvestasi pada desain dan branding, seperti Huawei yang menawarkan desain premium pada ponsel P Series mereka, ketimbang inovasi sensor yang kompleks, seperti sensor ultra-panjang fokus yang hanya terlihat pada model-model flagship. Akibatnya, fitur sensor yang lebih maju, seperti teknologi pemindaian biometrik 3D atau sensor kamera dengan kemampuan low-light canggih, sering kali terabaikan dalam pengembangan hp Android, mengakibatkan produk yang kurang menarik di pasar smartphone.

Tulisan lain: Kenapa hp Android selalu memerlukan kalibrasi sensor baru?

Keamanan data pengguna

Banyak produsen hp Android, seperti Samsung dengan seri Galaxy atau Xiaomi dengan model Mi, seringkali mengabaikan rekomendasi penggunaan sensor biometrik yang mutakhir (seperti sensor ultrasonik pada Galaxy S21). Hal ini berpotensi menurunkan standar enkripsi data pengguna.

Pada praktiknya, metode autentikasi seperti sidik jari (misalnya sidik jari optik pada model-model seperti Xiaomi Redmi Note 10) atau pengenalan wajah (seperti Face Unlock pada Oppo A54) sering kali diimplementasikan dengan algoritma yang lemah. Akibatnya, data sensitif seperti informasi kartu kredit dan lokasi pengguna (yang mungkin terdaftar di aplikasi seperti Google Maps) bisa terancam oleh serangan siber, seperti serangan pengambilalihan akun atau pencurian identitas.

Cek ini: Kenapa sensor giroskop di hp Android sering error?

Batasan pengembang aplikasi

Batasan pengembang aplikasi pada hp Android sering kali disebabkan oleh kebijakan privasi yang ketat dari Google, contohnya pada smartphone seperti Samsung Galaxy S21. Aplikasi tidak dapat mengakses sensor tertentu seperti GPS atau kamera (seperti kamera 108 MP pada Xiaomi Mi 11) tanpa mendapatkan izin eksplisit dari pengguna. Hal ini membatasi kemampuan aplikasi untuk menawarkan fitur canggih, seperti augmented reality (AR), yang memerlukan integrasi sensor yang dalam.

Selain itu, fragmentasi perangkat keras di pasar Android juga menyulitkan pengembang untuk mengoptimalkan aplikasi mereka terhadap berbagai jenis sensor yang ada. Misalnya, ada banyak variasi sensor sidik jari, mulai dari sensor optik pada OnePlus 9 hingga sensor ultrasonik pada Galaxy Note 20 Ultra, yang membuat pengembang perlu menguji dan menyesuaikan aplikasi mereka agar dapat bekerja dengan baik di berbagai perangkat.

Kami juga menulis: Kenapa sensor accelerometer hp Android tidak akurat?

Perbedaan standar industri

Perbedaan standar industri menjadi kendala utama dalam adopsi sensor pada hp Android. Misalnya, standar keamanan seperti FIDO (Fast IDentity Online) yang dirancang untuk memperkuat otentikasi biometrik tidak diimplementasikan secara seragam oleh semua produsen, seperti Samsung dan Xiaomi.

Selain itu, beberapa smartphone mengadopsi teknologi pengenalan wajah, seperti Face ID pada Google Pixel 6 dan metode pengenalan wajah pada Oppo Reno yang menggunakan algoritma yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan ketidakkompatibilitas antara perangkat, sehingga tidak semua hp Android dari berbagai merk, seperti OnePlus, Realme, atau Vivo dapat berfungsi dengan sensor tertentu secara optimal.

Rekomendasi lain: Kenapa sensor suhu pada hp Android jarang tepat?

Kebutuhan daya baterai

Penggunaan sensor di hp Android, seperti pada model Samsung Galaxy S21 atau Google Pixel 6, sering kali terbatasi oleh kebutuhan daya baterai. Sensor seperti GPS (Global Positioning System) yang digunakan untuk menentukan lokasi secara akurat, akselerometer yang mengukur percepatan dan orientasi perangkat, serta giroskop yang mendeteksi rotasi, memerlukan daya yang cukup besar saat aktif.

Pengembang perlu mempertimbangkan optimisasi algoritma agar penggunaan daya tetap efisien, misalnya dengan memanfaatkan mode hemat daya (power-saving mode) yang tersedia pada perangkat seperti Xiaomi Mi 11. Akibatnya, beberapa fitur sensor, seperti pengukuran langkah otomatis dengan akselerometer, tidak aktif secara terus-menerus demi memperpanjang umur baterai, terutama pada saat penggunaan lebih dari 6-8 jam dalam sehari.

Pelajari juga: Kenapa sensor gravitasi sehari-hari jarang dibaca oleh hp Android?

Ketidakseimbangan fitur

Ketidakseimbangan fitur pada hp Android, seperti yang terlihat pada model Xiaomi Redmi atau Samsung Galaxy A series, sering disebabkan oleh variasi produsen yang tidak konsisten. Mereka terkadang menggunakan sensor kualitas rendah, seperti kamera dengan resolusi rendah pada model entry-level, untuk menekan biaya produksi. Selain itu, optimasi perangkat lunak, misalnya dalam antarmuka MIUI atau One UI, tidak selalu maksimal dalam memanfaatkan hardware yang ada.

Hal ini mengakibatkan pengalaman pengguna yang kurang optimal, meskipun spesifikasinya tampak menjanjikan, seperti RAM 8GB dan prosesor Snapdragon 7xx yang seharusnya memberikan performa baik untuk multitasking dan gaming. Sebagai contoh, pengguna mungkin menemukan bahwa meskipun memiliki spesifikasi yang tinggi, aplikasi seperti PUBG Mobile mungkin tidak berjalan mulus di beberapa model Xiaomi Redmi Note jika tidak dioptimalkan dengan baik.

Lainnya: Kenapa sensor magnetometer di hp Android sering keliru?


Author 3
Author 3

Author 3

Leave a Reply

Your email address will not be published.